NOVEL 20 MARET



I.                    GURU HONOR
         
Suasana pagi menerpaku dan serasa membangkitkanku dari tidurku yang sangat lelah karena rutinitas yang sangat padat hari kemarin

Aku seorang Guru honor Sekolah Dasar  Swasta dan aku juga tercatat sebagai Mahasiswa  salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang berada di kota Makassar. Rutinitas keseharianku adalah menjadi pengajar di waktu pagi dan di sore hari gantian aku yang diajar- karena pagi hari aku jadi Guru dan sore harinya  aku jadi Mahasiswa. Hari-hariku di liputi dengan kegiatan yang sangat padat tapi semangat hidupku  akn selalu ada karena ingin kubuktikan kepada dunia bahwa wanita juga berhak memperjuangkan hidupnya, Iya kan!

 Sepertinya Jam telah menunjukkan 07.15 pagi, itu tandanya??” “Aduh…aduh aku telat lagi deh bangunnya.”Aku khan harus mengajar! Kucepat bergegas ke kamar mandi, tak begitu lama aku kembali lagi ke kamarku dan langsung memakai pakaian dinasku yang sepertinya masih terlihat baru karena hari ini telah tiga bulan tepatnya aku memakainya.

Hari ini telah tiga bulan aku mengajar di SD SANGIRAN dan tahu tidak?, Hari ini, pertama kalinya aku mendapat gaji honorku yang dikeluarkan oleh dana BOS setiap tiga bulan sekali. Gajinya sih cuma sedikit “maklum guru Honor!”

Waktu pertama kali aku melihat uang gaji pertamaku sepertinya aku ingin menangis dan tidak percaya bahwa pengorbananku akhirnya dihargai “Mama … papa anakmu telah tahu lelahnya mencari nafkah” ucapku dalam hati.

Anak-anak didikku sepertinya terlihat bahagia semua hari ini, mungkin karena mereka benar-benar bahagia ataukah diriku yang begitu bahagia sehingga semua terlihat bahagia, maklum hari ini  aku mendapatkan gajiku. Aku tertawa dalam hati.

“Bu Guru… buGuru…?” Aku tersentak mendengar suara,ternyata salah seorang  muridku memanggilku.
Ada apa Anto? Bu Guru aku mau pipis…oh…tahan ya’ Anto, aku gendong kamu ke toilet. Iya… iya Bu Guru. Aduh jadi Guru SD memang melelahkan karena bukan hanya kita memberikan pengajaran tapi kita juga harus mengurusi hal-hal seperti kencingnya, beraknya, aduh..aduh pusing! Tapi aku tetap tabah dan berkata dalam hatiku “ nanti kan! Aku juga punya anak, itung..itung lagi latihan” he..he.

“ Awan sore bergerumul dan segera menutupi siang yang begitu panas hari ini.” Aku sekarang ada di Kampus dan sedang menunggu Dosen yang hobinya terlambat melulu.

Nandya namaku, gadis imut sedikit bawel ciri-ciriku. Di kampus aku sedikit pemalu tapi sebenarnya sih aku seorang yang supel dan sedikit jago bikin humor. Aku selalu punya motto hidup “ Hadapilah semua dengan senyuman walaupun itu pahit” seperti lirik lagu ya!!

“Aku punya senior di Kampusku yang senang aku temani ngobrol, aku akrab dengannya dan dia itu agak bawel juga, Namanya Rajab, seperti nama orang India ya! padahal dia itu asli Makassar, mungkin mamanya ngidam film India waktu dia masih jadi orok kali…he..he..hi..hoo..ho (aku ingat ketawa nenek sambil batuk).

“ Telah tujuh bulan kumengenal Rajab, aku rasa dia itu santun dan sangat bersahabat. Dia itu agak pintar menulis puisi dan aku kadang tidak percaya bila dia mengirim SMS kepadaku dengan kata-kata pujangganya, kata-katanya sangat menyentuh dan awalnya aku pikir dia itu adalah plagiator sejati tapi ketika aku coba check n’ ricek “ternyata dia itu benar-benar mampu membuat kata-kata yang luuarr biaasa.., aku sungguh terkesima!!!

“ kemarin aku dengar dia akan pergi ke Bantimurung, itu loh tempat wisata yang berada di kota Maros Sul-Sel. Sepertinya dia akan berada di sana selama tiga hari.” tau tidak? Aku rasa aku pasti akan kangen sama kakakku yang satu itu.

“Tapi tau gak??? dua hari sebelum dia ingin berangkat dia sempat membodoh-bodohi diriku. Katanya seperti ini “Nan... kakak mau pindah dari kampus ini soalnya aku telah membuat suatu kesalahan yang fatal dan sebagai ganjarannya aku harus pindah dari kampus ini karena kalau aku tetap tinggal disini pasti diriku akan dikeluarkan dari kampus ini.he…he kakak pasti bercanda deh? Iya khan? Dengan raut yang cukup sedih aku melontarkan kata-kata itu. Tapi ini harus terjadi Nan..maafkan kakak kalau tidak bisa menjadi kakak yang terbaik untukmu. Wajahku  lalu tertunduk murung kesedihan mencekamku dan kukatakan “kakak jangan pergi karena hanya kakak yang paling dekat dengan aku dan cukup mengerti kondisiku” apabila kakak bersikeras untuk pergi ,kakak akan aku benci dan jika ini semua bohong saya tidak akan mau bicara lagi dengan kakak. Tapi adik ini harus terjadi… sudah-sudah aku tidak mau lagi bicara dengan kakak. aku lalu meninggalkannya dengan wajah yang sangat benci.

“ sesampai di rumah ternyata kata-kata Rajab masih terngiang di telingaku. Aku sungguh tidak rela melepas kakakku yang selama ini cukup baik untukku. “Tidak..tidak kakak tidak boleh pergi “ kata-kata itu terus menyiksa pikiranku dan dalam hatiku lalu terucap” aku pasti akan rindu,rindu ½ mati…dan sekarang aku sadar bahwa ketika seseorang akan jauh dari kita maka disitulah kita akan sadar berapa penting dia buat kita dan kita akan selalu sibuk menilai siapa dirinya dalam hidup kita. Huh,,, aku tersadar dalam lamunanku ternyata ada benih-benih cinta telah menghinggapiku. Tidak…itu tidak boleh terjadi aku telah mempunyai pacar jadi jangan sampai aku jadi orang yang tidak setia” kukepalkan erat-erat tanganku dan terus mengucapkan itu dalam hati “ jangan…jangan.”












II.                  KEBOHONGAN BESAR

“Sore nan indah menyapaku, tapi suasana di bundaran kampus sepertinya enggan menyapaku. Aku lama terduduk diam, terpaku pada gambar-gambar dalam khayalku. Sore itu tak kulihat wajahnya yang biasanya menyejukkan hati. OMG! Aku telah dirasuki rasa rindu yang menggebu-gebu “Rajab…Rajab” nama  itu terus terngiang dalam benakku. Hari ini mungkin dia tidak datang karena mungkin dia ingin meninggalkan kampus ini lebih awal,  ‘itu pikirku’.
buk..buk..aduh..aduh, sepertinya ada yang memukul pundakku. Dengan gesit kubalik wajahku…oh..kamu Rokhmat..ada apa Bang? “Eh.. kamu lihat Rajab? “Aku tidak lihat dia..memang kamu perlu apa? “aku mau pastikan dia besok jadi berangkat ke Maros tidak.” Oh..dia mau berangkat ke Maros ya? ya..iyalah khan ada pengkaderan di sana, eh ‘Nan udah dulu ya! Rokhmat lalu pergi meninggalkanku dengan senyum kampungannya,” maklum wong desa”. Sekarang aku udah tau Rajab membodoh-bodohiku. “Awas ya! aku dapat” ucapku dalam hati yang paanaas…
“Sudah dua jam aku tunggu tapi wajahnya gak nongol-nongol…hanya giginya “Joe” teman sekampusku yang selalu nongol “maklum korban takdir”. Hati kini sudah tak tenang…paanas..” ah..tapi kulihat sekilas dari kejauhan wajah yang sangat kukenal, dia mencoba mendekatiku bravo itu dia siRajab situkang kibul. Dia lalu mendekatiku dan seketika kupegang pundaknya lalu kukakatakan dengan lantang” jangan dekati aku lagi, Pembohong…”.aku lalu pergi meninggalkanya dengan begitu sinisnya.

“ Rajab tertunduk murung menyesal telah berbohong. “Sebenarnya aku hanya ingin melihat reaksi dirimu Nandya, apakah kamu peduli dengan kepergianku…apakah ada jalan cinta buatku dan apakah aku sudah pantas memasuki hatimu.” ucap Rajab berkali-kali dalam dirinya. Rajab coba mengambil sebuah buku kecil dan coba menulis sebait puisi
Tuhan getarkan jiwanya dalam wajah cintaku”
Agar dunia tenang dan semua terlihat  indah
Karena Kuyakin dia itu adalah takdirku
“ Rajab coba mengambil HP yang ada disakunya, HP yang begitu tua untuk zaman se-modern ini. Dia coba mengirimkan pesan-pesan maaf tapi dia coba beberapa kali SMSnya tidak mampu terkirim. Dia coba chek pulsa kartunya’ aduh..pulsaku habis.! Dasar si Rajab sudah kecewa miskin lagi.

“tapi dia coba bangkit lalu sadar bahwa dia besok dia harus berangkat ke Maros untuk pengkaderan salah organisasi yang ada di kampusnya.

“Awan bergerumul kembali,cerah tak datang hari ini karena sepertinya akan turun hujan. Tak terasa sudah tiga hari aku ada di Maros dan ini adalah hari terakhirku berada di Maros. “sadarku menggelitik..eh aku mau coba belikan ole-ole buat Nandya sebagai tanda maafku, mumpung aku abis minjam uang sama temanku. Kulihat gelang indah dihiasi kupu-kupu yang harganya sekitar sepuluh ribuan. Aku lalu membeli gelang itu.

“ Sore datang..kusekarang berada di Kampus. Kulirik sana-sini mencari temannya Nandya untuk bisa kutitipkan ole-ole buat Nandya. Di ole-ole itu bukan hanya gelang tapi ada sebait kata maaf yang kusisipkan dalan selembar kertas
 “ Ragukan mentari tak akan bersinar, Ragukan pula malam tak berbintang tapi jangan pernah Ragukan aku dan seutuhnya diriku meminta maaf yang tulus kepadamu”

“ hari berganti, suasana cerah terlihat. kudengar-kudengar ole-oleku telah sampai kepadanya dan kata temannya dia tersenyum ketika menerimanya. “oh..berarti ini energi positif bagiku. Kulihat Nandya ada di bundaran kucoba mendekatinya. Dia diam tanda malu-malu… lalu kucoba bicara “Nan” apa kakak sudah dimaafkan? …beberapa menit kumemandangnya, dia diam …lalu diam  dan seketika dia tersenyum lalu mencubit-cubit perutku dengan keras…lalu aku tahu dia telah memaafkanku.














III.                CINTA MENYAMBUT CINTA

“ pagi yang tenang di ruang kamarku yang begitu kecil, suasana pagi ini agak mendukung perasaan yang begitu bahagia mungkin karena senyum Nandya di kala sore kemarin membuatku bertanya mungkin ini saatnya aku mengungkapkan perasaan yang mendalam ini dan aku sedikit gembira karena kemarin aku dengar dari ‘Ayu’ teman dekatnya Nandya bahwa Nandya telah memutuskan hubungannya dengan Farid. Farid itu adalah saingan terberatku untuk mendapatkan Nandya, soalnya dia itu Good looking, borjuis dan Satu lagi dia itu satu tempat kelahiran dengan Nandya. Nandya orang ‘Pinrang’ itu loh salah satu tempat di Sulawesi selatan yang belum terpetakan..uupss.!!! dan di sana ada kebiasaan yang mengikat orang-orang Pinrang yaitu adatnya yang selalu menginginkan anak-anaknya ketika memilih pasangan mereka harus menikah dengan orang Pinrang juga. “sekarang aku semakin takut saja untuk mengungkapkan perasaan ini tapi itu khan adat kuno lagian Nandya khan Mahasiswa seharusnya dia harus lebih intelek memandang sesuatu dan Aku ‘Rajab’, punya semangat ‘45’ …rawe….rawe…rantas malang…malang Putung…maju teruus..

“Pakaianku telah rapi dan aku terlihat lebih bersih dari hari- hari sebelumnya”maklum abis pake luluran kakak perempuanku”. Kadang aku percaya pada teori bahwa “ketika kita ingin bertemu seseorang yang yang dicintai pasti kita akan tampil sesempurna mungkin padahal cinta khan suci tidak butuh produk kemunafikan”

Aduh.. aduh tapi tak usah dipikirkan teori itu yang jelasnya sore aku harus menyatakan cintaku.

“ Kampus di sore ini kelihatan sepi, udara begitu mendinginkanku padahal terik matahari begitu menyengat…tubuhku terus gemetar karena hari ini adalah hari dimana aku ingin menyatakan cinta. Hari ini layaknya hari dimana bom nuklir dijatuhkan di Hirosima, semua rakyat dicekam ketakutan…

“Aku telah mengirimkan SMS ke Nandya agar dia bisa datang ke kampus lebih awal. Mataku tajam menatap segala arah dan sepertinya bangunan tua Kampusku ini akan menjadi saksi kebodohan seseorang anak manusia ketika ingin menyatakan perasaannya. Dari kejauhan terlihat gadis yang begitu mempesonaku menyapaku dan tak begitu lama dia telah berada disampingku.
Ada apa kak dan apa kakak ada yang penting yang ingin dibicarakan?
“ya..ya.. aa..ada yang ingin kakak ingin katakana tapi Nan jangan marah ketika mendengar ini ya?”
“tergantung apa dulu…memangnya apa Kak?”
“Seandainya aku berada dipinggir Pantai Nan, terus aku membuat kerajaan-kerajaan dari pasir dan isi kerajaan-kerajaan itu adalah harapan-harapanku dan aku ingin memberikan pilihan buatmu yaitu dua pilihan. Pertama kamu menjadi tembok atau benteng yang akan menjaga Kerajaaan pasir itu serta harapan-harapanku yang kedua kamu menjadi ombak yang begitu dahsyat yang dapat menghancurkan segala harapan-harapanku. Sekarang manakah yang kamu pilih ‘Nan?
“apa sih maksud kakak?.”
“begini ‘Nan aku ingin menjagamu…maukah kamu menjadi seseorang yang penting dalam hidupku?”
“tapi kakak sungguh-sungguh dan kenapa bisa kakak suka dengan saya?”
“ ’Nan aku tidak bisa menceritakan kenapa ini bisa terjadi dan kakak sungguh-sungguh. Begini kak saya tidak bisa jawab ini sekarang tapi tunggu saja SMSku ntar malam, kalaupun tidak ada berarti ‘tidak’..okey kakak aku masuk kuliah dulu ya!

“ Perasaanku sekarang lega telah menyatakan perasaan ini tapi satu yang mengganjal dalam hatiku ‘kenapa ya Nandya tidak menjawab sekarang??’ tapi aku teringat kata-kata temanku wanita itu selalu munafik mengungkapkan perasaannya, semoga saja itu benar…sahutku dalam hati.

“ Malam telah datang dan Aku  telah menunggu empat jam sambil beberapa kali mengecek HPku tapi belum ada pesan yang masuk. Malam semakin larut tepatnya jam dua belas kurang sepuluh menit dan sepertinya harapanku telah pupus…Aku lalu megelus-ngelus dada dan mencoba tabah. Kugerakkan badanku untuk pergi merebahkan tubuhku…tapi…krRiiing…kRriiing..riiing. HPku berbunyi, secepat mungkin kuambil HPku lalu aku tekan dan ada pesan yang masuk.
Kak maafkan adinda sepertinya aku tidak bisa menolak kakak menjadi seseorang yang istimewa dihatiku” aku terima kakak.
Buarr…aku tersentak kaget, bahagia merasuki hatiku, sepertinya ini adalah pesan dari surga buatku dan minggu, 20 maret tepat pukul dua belas aku telah menjalin hubungan dengan Nandya.

“ Satu minggu pertama aku telah begitu dekat dengan Nandya, begitu banyak kalimat cinta telah kuucapkan. Rasanya aku berada di titik pusat kebahagian cinta dan aku berharap semoga hubungan ini terus berlanjut.
..........
“Tak terasa telah setahun aku menjalin cinta, banyak kenangan telah terukir seperti ketika Nandya ingin pulang ke rumah pasti dia mencium tanganku…aduh begitu indahnya! Ada juga cerita ketika kita duduk sama-sama di sebuah kios pedagang kaki lima yang menjajakan es kelapa kopyor, di sana kita beli satu buah kelapa lalu kita minum dengan bersama-sama dan ada juga kisah ketika Nandya menjenguk aku ketika aku sakit sambil nangis-nangis melihat keadaanku yang sakit parah diwaktu itu. Dan yang paling lucu ketika kita jalan bersama ada pengendara yang ugal-ugalan ingin menabrak kami dan kita serentak menghindar lalu dari kejauhan aku lihat pengendara itu hilang keseimbangan dan bruk..bruk pengendara itu jatuh di got..he…he..kita berdua serentak tertawa dan aku lalu cubit hidungnya karena saking gemesnya aku lihat ketawanya tapi gara-gara aku cubit hidungnya Dia terkena Flu selama seminggu dan dia sempat memusuhiku selama seminggu“ Tuhan jangan biarkan ini semua berlalu aku ingin tetap begini”.












IV.               YOU BROKE MY HEART

“ Sore di bundaran kampusku, telah tiga hari aku tidak melihat Nandya…rasanya rindu sekali..tapi dia selalu SMS aku katanya dia sibuk di rumahnya karena ada sesuatu yang dia kerjakan. KRiiiiing…Riiiing..HPku berdering, oh telepon dari Om ‘Burhan’ itu loh Omnya Nandya yang cukup akrab denganku. Dia mengundangku ke rumahnya dan dia berkata bahwa nanti malam ada pesta pertunangan di rumahnya. Aku lalu terpikir kapan ya aku melamar Nandya padahal aku sudah berjanji untuk berkomitmen utuh. Ah..tapi kuliah saja belum kelar bagaimana mau melamar.

“ malam telah tiba. Aku telah siap kerumah Om ‘Burhan. Dengan pakaian seadanya aku berangkat dengan motor bututku.
Sesampai disana kulihat begitu ramai tapi belum kulihat pasangan yang brtunangan malam ini. Samar-samar dari dekat kulihat kedua pasangan keluar dari pintu ruang tengah dan “astaga…aku istigfar beberapa kali…aku coba menahan diri dan tak percaya yang kulihat “Nandya dan Farid” yang bertunangan malam ini. Kucepat bergegas keluar, kunaiki motorku lalu menancapkan gas sekencang-kencangnya, tak perdulikan polisi yang mengejarku. Tetapi aku berhasil lolos.

“sesampai di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku. Tubuhku terasa lemah, kesedihan mencekam, neraka sepertinya begitu tampak nyata. Lalu kuucap “ Tuhan mengapa ini terjadi” ketakukan yang selama ini yang telah kupikirkan sejak pertama aku ingin menyatakan cinta, itu semua terjadi.

“ pagi datang begitu cepat, aku coba mengambil HPku dan menghubungi Nandya untuk dapat kejelasan akan hal ini. Setelah beberapa kali mencoba tapi dia tidak mengangkat teleponku tapi beberapa saat kemudian pesan muncul di HPku, pesan dari Nandya
Kak jngan hubngi aku lgi tiga bulan kedpan aku akn menikah. Kak pernikahanku ini bkn aku yg menginginkan tp adat daerah yang tak bs  aku tolak.Maafkan sy dan terima kasih atas semuanya.
Aku menekan replay,
aku bagai gembala yg mmimpikn bidadari,bidadari hdir mnyenngkan ht, sjenak gembala mrs bahagia tapi sktka gembala tersdr bhw dia hny gembala bodoh dan membiarkan putri pergi kedunia nyatanya.
“Aku terbujur kaku, sudah dua minggu aku tidak masuk kuliah. Aku coba membangunkan diriku, aku harus kuliah karena aku sekarang telah semester akhir. Walaupun kekecewaan telah mencekamku tapi kucoba tetap angkuh untuk hidup.
“ Tak terasa besok aku sudah diwisuda dan aku mendapatkan nilai yang cukup bagus. Nandya tak pernah kulihat lagi walaupun aku masih berharap dia tetap hadir dan setiap aku mengingatnya sepertinya mataku selalu berkaca-kaca.
 “ Kubuka pintu kamarku dan sepertinya terlihat sebuah kertas tebal yang tergeletak di mejaku, kertas itu seperti sebuah Undangan. Kucoba membukanya lalu aku tersentak undangan dari “Nandya dan Farid” pada tanggal 20 maret. Tanggal itu sama dengan tanggal dimana aku pertama kali aku menjalin hubungan dengan Nandya. Sepertinya dunia ini sangat kejam padaku, aku coba menahan tangis tapi tak terbendung juga…air matapun jatuh dari pipiku.sejak kuterima undangan itu aku tak pernah mendengar namanya lagi.
“ Tak terasa 18 tahun telah berlalu,umurku sekarang telah menginjak 41 tahun sekarang. “ janggutku telah memanjang dan menjuntai hingga leherku, dandanan telah berubah. Aku telah memakai celana kain yang tidak sampai ujung kaki, kira-kira 15 cm dari ujung kaki.

“Ustad…Ustad…sepertinya ada yang memanggilku… ada apa Rokmat? Ustad tidak kepengajian? Oh..iya, ini aku sekarang siap-siap. Makasih ya udah mengingatkan.
“ Sekarang aku telah dipanggil ustad. Dan aku juga telah menjadi seorang penulis. tapi diumurki yang 41 tahun aku belum menikah, karena aku belum punya pengganti seperti Nandya, kenangan-kenangan cintaku denganya selalu mengusikku hingga sekarang dan walaupun aku tak tahu dimana dia sekarang tapi aku selalu mencoba untuk menunggunya…dan air mataku jatuh setiap kulihat fotonya yang telah usang .





V.                 RAJAB IS MY SON
Jangan menangis ‘Nak walau perutmu lapar! Kita memang orang miskin tapi kita jangan mati hari ini karena masih ada harapan untuk hari esok.

            “Aku terbangun dari tidur lelapku , aku menitihkan air mata -teringat pesan almarhumah ibuku. Ibuku telah setahun meninggalkanku-Tapi harum kasih sayangnya masih aku rasakan sampai saat ini. Umurku sekarang telah 35 tahun, aku sekarang seorang janda dan mempunyai seorang anak yang kuberi nama ‘Rajab. Nama itu kuberikan untuk mengenang kekasihku -yang sewaktu aku  kuliah telah aku tinggalkan -dengan kuberi luka dan rasa kekecewaan yang sangat mendalam.” Aku sungguh menyesal telah meninggalkannya.”

“ Cerita yang paling sedih dalam kehidupan ini, Mungkin cerita hidupku. Cerita yang penuh dengan air mata dan cerita penuh luka. ‘ Ya… Tuhan mengapa ini terjadi ???” Suamiku telah meninggalkanku dengan isterinya  yang baru. Dia sungguh kejam. Farid meninggalkanku ketika ‘Rajab masih dalam kandungan. Sungguh sedih rasanya, hampir tiap malam aku meneteskan air mata dan yang lebih menyakitkan lagi, dia pergi tanpa menitipkan harta sepeserpun bagiku dan anaknya. Rumah dia jual untuk kepuasan isteri barunya. Aku adalah salah seorang wanita yang menjadi korban kebejatan lelaki tapi aku sadar ketika aku menikah dengan Farid ,itu adalah pilihan buatku. Walaupun pernikahanku itu dilandaskan karena kami tidak mau jauh dari adat istiadat kami. Kalau mau jujur berkata dalam hati “Aku adalah korban adat.

            penyesalan kadang datang lagi terus-menerus, “ mengapa aku harus meninggalkan Rajab kekasihku waktu kuliah dulu???.” aku selalu mereka-reka harapan dan berdoa semoga aku dapat dipertemukan dengan dirinya kelak agar aku dapat meminta maaf yang sedalam-dalam. walaupun itu tak ada gunanya lagi dan takkan merubah apa-apa lagi. Aku yakin dia juga telah bahagia dengan pendamping hidupnya dan tidak seperti diriku merana dalam penyeasalan yang begitu panjang.
           
            “Aku masih teringat ketika aku bersama Rajab. Aku selalu mencium tangannya ketika aku ingin pulang ke rumah. Aku juga pernah menangis sepanjang malam ketika kulihat dirinya sakit keras. Dan yang paling romantis ketika aku duduk disebuah bangku Pedagang kaki Lima yang menjajakan es kelapa Kopyor. Aku dan dia asyik menikmati es kelapa itu dengan satu sedotan. Aduh..indahnya kenangan itu. Tapi segera kutersadar, wajahku mulai keriput.

            “sore yang tenang diserambi rumahku yang mungil. Rumah yang telah kubeli dari hasil jerih payah menjadi Guru sekolah dasar Negeri. Baru tahun lalu aku terangkat menjadi pegawai negeri setelah menunggu tujuh belas tahun lamanya menjadi guru honor. “ mataku melirik ke sana-ke sini, kuperhatikan setiap sudut rumahku soalnya aku biasa lihat Koran didepan mejaku tapi kelihatannya Koran itu tak kelihatan. “Ah..mungkin si Rajab anakku yang menyembunyikannya, soalnya dia itu cukup nakal. Aku lalu menggerakkan kakiku menuju kamar Rajab. Kulirik sana-sini. “Oh itu Koran yang kucari ternyata ada di atas ranjang Rajab. Kucoba membuka rubrik-rubrik Koran itu dan aku lihat ada rubrik yang berisi tentang adanya pameran buku dan bedah buku Novel di Mall MARI Mode pada hari senin. ‘Oh itu berarti besok acaranya dan kebetulan besok hari libur. Aku ingin kesana untuk hadir di bedah buku novel itu, soalnya aku juga tertarik dengan Novel.”awan segera bergumul menutup langit dan malam segera datang.”




VI.               SANG CINTA HADIR KEMBALI
           
            Pagi datang dengan cepat dan aku teringat tentang bedah buku novel itu. Segera ke kamar mandi untuk mandi. Terpaksa Si Rajab anakku harus kutitipkan dulu di rumah tantenya, Wani. Setelah aku berpakaian cukup rapi segera aku menuju tempat bedah buku itu. Jam sepuluh pagi tepat, aku telah tiba di tempat itu dan duduk di kursi paling belakang. Aku belum melihat si penulis buku itu. Aku lihat judul novelnya. Disitu tertulis judulnya “ Renungan Kerinduan.” aduh sepertinya novel itu bagus untuk dibaca. Itu mewakili hatiku sekarang yang rindu akan seseorang. Rindu akan si Rajab-sang kekasih yang telah jauh. Tapi seketika aku kaget-sesosok wajah yang penuh kharisma hadir di depan mataku, rambutnya yang pendek dan sedikit brewok. Kucoba menatapnya lebih dalam ‘astaga…astaga….astaga…apakah itu Rajab..!!! tubuh seketika dingin…bibirku terkunci erat-nurani ingin berteriak…aku rinduuu.
Ternyata penulis buku itu adalah Rajab. Sang kekasih yang telah lama kutinggalkan. Sang kekasih yang telah aku kecewakan, kulukai dan sekarang dia hadir didepan mataku- Ya Allah apakah itu sebuah pertanda yang baik -ataukah sebuah duka yang hadir kembali.

Si Rajab mulai berbicara tentang isi novelnya. Dia berkata “aku persembahkan Novel ini buat Ibuku dan kekasih yang tak pernah terlupa.” Dia juga menceritakan bahwa isi Novel itu adalah sebuah cerita tentang seseorang yang sangat merindukan kekasihnya yang telah pergi dan meninggalkan dirinya dengan kekasih yang lain. Tak terasa sudah satu jam Si Rajab menceritakan isi novel tersebut- aku sangat tertarik mendengarkan ceritanya- mungkin karena ceritanya hampir sama dengan kisah hidupku. Dan aku sempat berpikir bahwa cerita itu ditujukan buat aku. Tapi aku lalu tersadar- siapa sih diriku??. Aku hanya wanita yang pernah mengecewakannya dan tidak mungkin akulah wanita yang dia rindukan si Rajab menghentikan ceritanya- itu karena acara bedah buku itu telah selasai. Semua orang bertempuk tangan dan berdecak kagum- akupun demikian. Tapi Si Rajab sedikitpun tidak pernah menoleh kepadaku- mungkin karena aku duduk paling di belakang sehingga tak terlihat olehnya. Sebenarnya aku ingin sekali mendekatinya dan memeluknya tapi rasa malu yang terlampau besar sehingga aku mengurungkan niatku. Tak terasa acara bedah buku itu telah selesai dan akupun bergegas meninggalkan tempat itu.

Sesampai di rumah-aku merebahkan tubuhku di ranjang. “aduh..aduh, Aku lupa?? Si Rajab anakku belum aku ambil di rumah tantenya.” Segera kupaksakan tubuh untuk bergerak dan segera kubergegas kerumah tantenya Rajab- yang rumah hanya ada sekitar tujuh rumah dari rumahku. Aku berdiri tepat didepan rumah Wani- tantenya Rajab. “ Rajab..Rajab? kumemannggil Anakku dengan suara lembut. Beberapa menit berlalu- Si Rajab muncul bersama tantenya. Dan lalu memanggilku “mama..mama”.
“ Makasih ya, ‘Wan, Telah menjaga Rajab.” Kuhanturkan terimakasih pada sepupunya.
“ ya, tidak apa-apa kok kalau Rajab sering dititip-soalnya dia menyenangkan.” Sahut Wani.
“ kalau begitu aku ke rumah, ya Wan?? Assalamu alaikum?”
“Iya , Walaikum mussalam”.
Walaupun Wani hanya sepupu yang garis hubungan keluargaku cukup jauh dengan dirinya tapi dia sudah seperti tante yang cukup baik buat Rajab.
            Sesampai dirumah- aku segera menidurkan si Rajab di ranjangnya, karena tadi waktu aku gendong dia tertidur. Beberapa menit kemudian. Lamunanku tersentak tertuju kembali ke Rajab mantan kekasihku. Dia telah berubah- raut wajahnya, senyumnya dan tutur katanya sungguh telah begitu berubah. Aku sungguh rindu padanya. Malam mulai datang begitu cepat.

“ kRiiiiinnng…kRing..????” bunyi telepon genggamku berbunyi.
            “ halo-halo, ini Nandya?
“ iya, benar. Siapakah ini? Soalnya nomor anda baru muncul ditelepon ini”.
“ Aku Rajab”
Aku tersentak kaget- tubuh serasa melayang dan serasa tidak percaya. Aku cubit pipiku beberapa kali. “apakah ini betul-betul nyata” sahutku dalam hati.
“ Apa…ini benarkah Rajab?” sahutku.
“Iya, benar aku Rajab. Aku melihat kamu waktu bedah buku itu. Dan aku dapat nomormu dari hasil registrasi waktu acara bedah buku itu.”
“ Oh begitu ya. aku pikir kamu tidak melirik aku sedikitpun?” balasku.
“ sebenarnya aku melihatmu di bedah buku itu waktu kamu masuk di Mall itu. Tapi karena aku malu menyapamu maka dari itu kuurungkan niatku. Sebenarnya saya ingin mengundangmu datang ke rumahku bersama suamimu besok pagi. Maukah kamu berkenang untuk datang?”
“ emangnya acara apa? dan yang perlu kamu tahu, aku sudah berstatus janda.” Balasku dengan memelas.
“ oh begitu. Yang jelasnya kamu harus datang karena mungkin itu menjadi obat penawar rindu yang terakhir kalinya. Kalau begitu makasih ya. Assalamu alaikum?”
Walaikum mussalam.” Jawabku dengan riang.”
Aku masih tak percaya sesaat ketika aku menutup telepon itu. “Rajab telah menelponku dan mengundangku datang ke rumahnya.” Sahutku dalam hati. Tapi seketika perasaan malu muncul dalam hatiku- teringat apa yang telah aku perbuat padanya. Tak terasa aku telah berada di peraduan- bantal yang cukup empuk membawaku terlelap.

            Dinginnya embun mulai hadir, sang fajar menampakkan batang hidungnya dan sinar telah menutupi serambi rumahku. Pagi telah datang bersama mimpiku yang telah bergegas pergi dan meninggalkan kenangannya. Aku teringat undangan Rajab. Tapi apa maksud dia mengatakan bahwa itu sebagai obat penawar rindu yang terakhir.Aku tersentak tersadar- aku harus membangunkan Rajab anakku untuk pergi sekolah. Setelah beberapa menit berlalu. Rajab anakku telah kuantarkan ke Sekolahnya- yang tidak jauh dari rumah. Dan sekarang aku sendiri di rumah. Aku memikirkan Undangan Rajab tapi “Apa yang harus kukatakan kepadanya??? Dan aku pasti malu sekali.” Ucapku dalam hati. Setelah lama aku pikirkan-aku urungkan niatku untuk menemuinya karena aku tak tahan dengan rasa malu ini- walaupun sebenarnya aku sungguh rindu. Tak terasa aku telah tertidur dan gelap pun datang menutupi siang.












VII.             PUISI PENYAYAT JIWA

            “ kuk..kuk...kruuuyuk..” Bunyi ayam jantan telah membangunkanku. Pagi ini tampak begitu kelam karena aku mimpi buruk tadi malam dan perasaanku di pagi ini sepertinya sangat tidak enak. Teringat kembali undangan Rajab kemarin yang tidak kuhiraukan. Tapi seketika aku menyalahkan diriku sendiri “ Mengapa aku tidak datang?? Dan mengapa aku terlalu munafik untuk mengatakan aku rindu.” Aku lalu berpikir panjang dan kuputuskan untuk ke rumahnya Rajab walaupun undangannya telah berlalu tapi aku harus datang untuk meminta maaf atas dosaku yang lalu dan mungkin hanya untuk melepaskan sedikit rindu. Aku lihat SMSnya- dia menulis alamatnya ‘ jalan Sultan Alauddin II.’ Tak begitu lama –aku telah siap walaupun dengan pakaian yang cukup sederhana.

            Setelah beberapa menit menempuh perjalanan dari rumah- sampailah aku di depan lorong rumahnya Rajab. Tapi aneh aku lihat banyak orang yang lalu-lalang dan sepertinya mereka terlihat murung. Suasana di tempat itu begitu tenang walaupun banyak orang yang kulihat. Tepat di depan rumahnya Rajab. “ Astagafirullah!  Aku melihat bendera putih tepat di depan rumahnya Rajab. Aku coba meraba-raba pertanyaan di kepalaku.” pasti ada sanak keluaga Rajab yang meninggal.” Jawabku dalam hati.
Aku lalu masuk dengan tenang ke rumah Rajab dan Kulihat Rajab terbaring- dia diselimuti sarung yang panjang- beberapa sanak saudara menangis tersedu-sedu. Rajab telah dipanggil yang kuasa. Rajab telah meninggal. Aku seketika mengeluarkan air mata dan sepertinya kepalaku begitu sakit- kulihat di sekelilingku begitu gelap- lalu aku merasa tak sadarkan diri. Beberapa jam kemudian- aku tersadar kembali. Aku lihat ayah dan ibunya Rajab menatapku iba dan memberikan selembar surat yang dititipkan Rajab buat diriku. Disitu tertulis sebuah Puisi,

cinta aku menunggumu lama
Telah letih kaki menunggumu
Tapi….
Aku cukup tabah

Aku sekarang telah dekat dengan maut
Mereka mulai berbicara tentang surga dan neraka
Tapi….
Kamu belum hadir Cinta

 kusungguh rindu Cinta
Begitu lama
Tapi….
Rinduku dipasung disudut yang paling jauh



Maafkan aku Cinta
Takdir harus merenggutku
Dan…
Aku harus pergi


Rajab, 20 maret 2010
Air mata bercucuran dimataku dan jantungku terasa kaku. Sepertinya mataku sudah tak melihat kehidupan lagi. Dan seketika nafasku tersendak………..sepertinya malaikat kematian mendekat kepadaku, asmaku kambuh. Kucoba kutahan dan orang- orang mengerumuniku sepertinya ingin segera menolongku, tapi kulihat dunia telah gelap….gelap.Akhirnya akupun tak kuasa menahan takdir. Aku telah dijemput.
SELESAI




BY: KARAENG NGEMBA (HAJAT ARIF)


Komentar

Postingan Populer